Oleh: M.Y.A Sastradimadja
Pada hakikatnya, demokrasi mengandung tiga unsur utama terkait dengan pemerintahan, yakni dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam arti, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi, dan memerintah melalui wakil-wakilnya di eksekutif maupun legislatif.
Baca Juga: https://ipnuippnugarut.org/2022/12/18/peran-ipnu-dalam-resesi-ekonomi/
Tentu saja, demokrasi, sebagai sebuah tata pemerintahan, tidaklah sempurna. Banyak hal yang masih harus terus diperbaiki, sering kali dengan perjuangan yang berat dan lama.
Namun, kita juga harus ingat, demokrasi, dengan ketidaksempurnaannya, tetap merupakan bentuk tata pemerintahan terbaik. Tata pemerintahan lainnya, seperti kerajaan, militerisme, aristokrasi dan kekaisaran, mudah sekali diselewengkan, sehingga menghancurkan keadilan dan kemakmuran sebuah bangsa.
Demokrasi membuka ruang untuk kontrol dari rakyat terhadap para pemimpinnya. Ia menawarkan sebuah cara, sehingga rakyat bisa memastikan, bahwa para pemimpinnya bekerja untuk kebaikan bersama, dan bukan untuk memperkaya diri, ataupun kelompoknya.
Singkatnya, demokrasi memiliki peluang paling besar untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran untuk seluruh rakyat. Kendati pun, ada satu catatan kecil terkait dengan salah satu peristiwa terpenting di dalam demokrasi, yakni pemilihan umum.
Di dalam demokrasi, semua orang mempunyai sekaligus memiliki hak pilih yang sama. Inilah sistem satu orang satu suara.
Sekilas, pola ini terlihat adil. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, ada ketidakadilan yang bercokol di sana.
Di dalam masyarakat demokratis, tidak semua orang menanggung beban yang sama. Kaum tua yang sudah pensiun tinggal menikmati waktu-waktu senggangnya. Sementara, kaum muda (red; pelajar) harus mulai merintis karier-nya, dan bekerja jauh lebih keras lagi.
Mereka (red; pelajar) menanggung beban yang lebih besar. Hasil pemilu pun juga amat mempengaruhi hidup mereka, lebih daripada kehidupan kaum tua.
Singkat kata, para pelajar memiliki tantangan dan taruhan yang lebih besar di dalam pemilu. Maka dari itu, pelajar perlu ambil bagian dalam perannya untuk menciptakan dan menyukseskan pemilu serentak ditahun 2024 mendatang.
Ambil peran
Peran para pelajar dalam gelaran pemilu dapat diaktualisasikan sekurang-kurangnya ke dalam dua posisi. Pertama, dengan melibatkan diri sebagai penyelenggara pemilu di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat daerah hingga tingkat desa. Manfaat yang dapat diperoleh dari peran sebagai penyelenggara pemilu adalah pengetahuan empiris dan teknis seputar penyelenggaraan pemilu.
Para pelajar akan mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi di lapangan sebagai penyelenggara pemilu. Dengan melibatkan diri sebagai penyelenggara pemilu, kaum muda juga akan menyadari bahwa bekerja sebagai penyelenggara tidak semudah yang terlihat.
Lagi pula mereka sudah seharusnya merasa malu bila di lapangan masih ditemukan para penyelenggara pemilu yang didominasi oleh generasi berusia di atas 40an. Bagaimanapun pemilu serentak ditahun 2024 mendatang menuntut kecepatan dan efisiensi kerja yang memerlukan fisik prima yang dimiliki para kaum muda. Melalui perannya sebagai penyelenggara Pemilu, para pelajar berarti siap untuk menjadi bagian integral dari proses demokrasi.
Baca Juga: https://ipnuippnugarut.org/2022/12/16/ipnu-strategy-goal-sett-yang-relevan/
Kedua, melalui peran edukatif terhadap masyarakat. Peran itu bisa diwujudkan oleh para pelajar dengan bergabung dalam lembaga independen atau pemantau Pemilu. Pentingnya bergabung di dalam lembaga pemantau pemilu ini supaya ada di antara para pelajar yang berposisi sebagai pihak yang berada di luar lingkaran dukung-mendukung antar calon.
Dengan begitu, terdapat para pelajar yang bisa mengambil jarak untuk melihat dinamika dan realitas politik secara jernih. Mereka juga akan melihat dinamika yang terjadi selama pemilu dari berbagai sudut pandang. Semua peran tersebut diharapkan dapat membentuk sisi idealisme sebagai ekspresi yang identik dan melekat dalam jiwa generasi muda.
Tantangan
Tantangan terbesar generasi muda saat ini adalah sejauh mana para pelajar mampu mempertahankan independensi pikiran di tengah serbuan opini dan propaganda di tahun politik. Yang paling dikhawatirkan ialah para pelajar justru terbawa dan termakan oleh sentimen-sentimen politik yang diproduksi oleh elite politik. Termasuk di dalamnya pihak yang dengan sengaja mempersempit sudut pandang dan objektivitas agar bisa mempengaruhi para pemilih pemula.
Bagaimana pun, para pelajar khususnya yang berstatus pemilih pemula belum memiliki pijakan yang kokoh. Mereka bukanlah generasi tua yang kaya pengalaman dan biasanya teguh pada pendirian. Bisa dikatakan pemilih pemula menjadi pihak yang rawan untuk dipengaruhi dan dipropaganda lewat berbagai saluran media.
Pelajar yang masih minim jam terbang dalam dunia kepemiluan harus segera menyadari bahwa mereka akan dihadapkan pada serbuan berita. Terlebih di tahun politik nanti yang hampir pasti isinya sarat dengan subjektivitas. Itu merupakan tantangan aktual yang menuntut para pemuda untuk mengadaptasikan diri dengan baik di tengah dinamika dan suhu politik yang akan semakin memanas.
Pada akhirnya kita semua berharap kaum muda bisa ikut ambil bagian dalam pemilu serentak ditahun 2024 mendatang. Baik itu sebagai penyelenggara, pemantau pemilu, maupun tim pemenangan. Hal tersebut sangatlah penting, sebab jika kaum muda mengambil peran dengan penuh kesadaran maka dapat menentukan nasib bangsa ke depan.
[…] Baca Juga: https://ipnuippnugarut.org/2023/01/01/peran-dan-tantangan-pelajar-dalam-pemilu-serentak-2… […]
[…] Baca Juga: https://ipnuippnugarut.org/2023/01/01/peran-dan-tantangan-pelajar-dalam-pemilu-serentak-2… […]